Rabu, 07 Maret 2012


RIWAYAT PENGHIMPUN HADIST (PART 1)

Imam Bukhari & Shahihnya
(194-256 H / 810-870 M)

          Nama aslinya Abu Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrohim ibn Mughirah ibn Bardzibah. Dia adalah Amirul Mu’minin Fil Hadist (pemimpin orang mukmin dalam hadist. Gelar ahli hadist tertinggi).

            Imam Bukhari dilahirkan di Bukhara setelah sholat Jum’at 13 Syawal 194 H. Ayahnya meninggal sewaktu ia masih kecil & meninggalkan banyak harta sehingga memungkinkan ia hidup dalam pertumbuhan & perkembangan yang baik. Karena itu ia dirawat & dididik oleh ibunya denga tekun dan penuh perhatian.

Semenjak kecil, ia senantiasa mendapat lindungan dan bimbingan ilahi. Diceritakan bahwa pada waktu kecil, ia pernah terserang penyakit mata. Ibunya sangat sedih dan senantiasa berdoa kepada Allah untuk kesembuhannya. Kemudian ibunya bermimpi melihat Nabi Ibrahim a.s dan berkata. : “ wahai ibu, Allah telah menyembuhkan penyakti putramu dan kini ia sudah dapat melihat kembali. Semua iti berkat doamu yang tiada henti²nya. “
Dan ternyata esok paginya, Imam Bukhari sudah dapat melihat. Maka duka hati ibunya pun berganti dengan kegembiraan.

            Pada tahun 210 H, Imam Bukhari menuju Baitullah untuk menunaikan ibadah haji, disertai ibu dan saudaranya, Ahmad. Kemudian, saudaranya yang berusai lebih tua itu, kembali ke Bukhara sedangakan Imam Bukhari memilih Mekkah sebagai tempat tinggalnya. Mekkah adalah salah satu pusat ilmu Hijaz & disinilah Imam Bukhari mendapatkan apa yang dimaksudnya dengan sesuatu yang dapat memuaskan kehausannya akan ilmu pengetahuan. Dan sekali waktu dia pergi ke Madinah. Di kedua tanah suci itulah, Imam Bukhari menulis sebagian karya²nya & menyusun dasar²  ktiab Al-Jami’as Shohih serta pendahuluannya.

            Dalam rangka mencapai tujuannya yang mulia Imam Bukhari telah melakukan perjalanan ke berbagai negeri diantaranya Syam. Mesir & Jazirah Basrah, Hijaz (Mekkah dan Madinah) Kuffah, dan Baghdad untuk menemui ulama² ahli hadist. Pada tahun 250 H Imam Bukhari mengunjungi Naisabur, kedatangannya disambut baik oleh para penduduk juga oleh gurunya Az-Zihli & para ulama lainnya.

            Akan tetapi sangat disayangkan, sebagian orang yang merasa iri dan dengki merupakan badai fitnah terhadap Imam Bukhari. Mereka menuduh Imam Bukhari sebagai orang yang berpendapat bahwa “ Qur’an “ adalah makhluk, hal inilah yang menimbulkan kemarahan & kebencian gurunya, yaitu Az-Zihli. Sehingga Az-Zihli pun berkata, : “ barang siapa yang berpendapat bahwa lafadz² Qur’an adalah makhluk, maka ia adalah ahli bid’ah, ia tidak boleh diajak bicara dan tidak boleh didatangi majlisnya serta lelaki itu (Imam Bukhari) tidak boleh tinggal bersamaku di negeri ini. “

           Mendengar hal itu, Imam Bukhari segera meninggalkan negeri itu dengan harapan fitnah itu dapt mereda. Kemudian beliau pulang ke negerinya sendiri. Bukhara. Selama beberapa tahun menetap di Bukhara, mengadakan majlis. Tapi, kemudian badai fitnah itu bertiup lagi, & kali inifitnah itu bermula dari penguasa Bukhara sendiri, Khalid bin Ahmad Az-Zihli. Fitnah ini muncul sebab sikap Imam Bukhari yang terlalu memuliakan ilmu yang dimilikinya & karena fitnah itulah Imam Bukhari harus pergi meniggalkan Bukhara.

            Lalu Imam Bukhara pergi ke Samarkhand atas permintaan penduduk negeri itu. Sesampainya di Khaitand, sebuah desa kecil yang terletak di dua farsakh sebelum Samarkhand Imam Bukhari berencana untuk mengunjungi familinya. Akan tetapi, Imam Bukhari jatuh saki hingga menemui ajalnya di desa itu Imam Bukhari wafat pada malam Idul Fitri tahun 256 H (31 Agustus 870 M) dalam usai 62 tahun kurang 13 hari.

            Sewaktu hidupnya, Imam Bukhari menyatakan, “ Aku menulis hadist yang aku terima dari 1.080 orang guru yang semuanya adalah ahli hadist & berpendirian bahwa iman adalah ucapan dan perbuatan. “ Guru² yang hadistnya diriwayatkan dalam kitab shahihnya sebanyak 289 orang guru.

            Imam Bukhari mendapatkan gelar ahli hadist tertinggi sebab kehati-hatiannya dalam menyusun sunnah, bahkan diriwayatkan bahwa Imam Bukhari tidak akan menulis satu hadist pun sebelum ia memohon pertimbangan Allah dengan sholat istikhoroh & sesudah ia meyakini benar bahwa hadist itu benar² shahih.

            Jumlah hadist Kitab Al-Jami’as Shahih sebanyak 7.275 hadist, termasuk yang disebutkan secara berulang / sebanyak 4.000 hadist tanpa pengulangan.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar